Sebuah cerita perjalanan kehidupan kampus yang
selalu di iringi dengan dinamika permasalahan, merk inilah yang tak pernah
lepas dari kampus ini. Kalau kita menganalisa kampus wadah pendidikan tinggi
yang benar-benar memiliki visi-misi ke depan kecerdasan intelektual yang tinggi
dan emosional maupun spritual. Hal-hal tersebut harusnya di miliki oleh
penguasa kampus dalam hal ini pihak birokrat, belajar dari zaman Soeharto
keterbukaan yang tidak ada pada saat itu, ke diktatoran seorang presiden yang
berkuasa kurang lebih 32 tahun. Zaman sekarang demokrasi di junjung tinggi dan
di jadikan sebagai landasan untuk mengatur kehidupan tatanan Negara ini,
ternyata sudah banyak tercitdrain oleh-oleh para intelektual kampus. Semangat
untuk membangun sebuah perubahan sosial permasalahan di kampus tidak ada lagi,
yang akan ada membangun bagaimana kelompok tertentu bisa menjadi berkuasa.
Kampus dijadikan tempat sebuah kekuasaan yang baru bagi peradaban selain
negara, tidak kita pungkiri lagi kampus di jadikan ajang sebuah perjalanan
cerita manis sebuah peradaban baru selain negara ini.
Lucunya
kampus ini, berbicara soal KTM Mahasiswa baru berdasarkan info dari kawan-kawan
angkatan 2012 KTM itu memakai sistem di ganti setiap masa berlakunya yang
tertera di KTM tersebut, setelah lewat
masa berlakunya habis Kawan-kawan angkatan 2012 ingin memperjang KTM, eh tempat
memperpanjang pun gak ada, lucunya. Coba kita bandingkan dengan UNSRI memang
jauh mau mandingkan dengan kita, UNSRI KTM nya selama ia Kuliah berfungsi juga
kartu tanda mahasiswa dan perpustakaan, kenapa kita tidak menerapkan seperti
ini aja. Almamater, kenapa almamater kampus kita Kawan-kawan angkatan 2012 belum
ada, di karenakan kesalahan personil salah satu pegawai di Rektorat yang tidak
menuliskan sub Almamater di dalam RAPN (Rencana Anggaran Pembelajaan Negara) padahal
setiap tahun ada lho sub almamater itu, kenapa tidak bisa tertulis ? Kan lucu.
Ini permasalahan di Rektorat yang mencuak di permukaan kalangan mahasiswa. Lucunya
lagi pihak fakultas saling menyalahkan pihak rektorat, contoh kecil masalah
Praktikum seluruh keuangannya di kelola oleh fakultas kata pihak rektorat
sedangkan pihak fakultas bilang di kelola oleh rektorat kembali ke BLU (Badan
Layanan Umum), saling lempar masalah luar biasa kampus ini. Sungguh harmonis
dan dilema yang mendalam melihat kampus yang berpendidikan karekter islam tapi,
masalah kayak gini aja saling lempar sana lempar sini.
Permainan bola pingpong
di kampus pun telah terus bergulir, di gulir sana, di gulir kesini akhirnya
kembali lagi ke sana. Tidak pernah tepat siapa yag harus di salahkan terkadang
ini urusan Rektorat dan ini urusan Dekanat itulah permainan bola pingpong.
Logikanya kita sebagai rakyat kampus yang notabenanya sebagai mahasiswa yang sudah
mengelamkan rezim Orde Lama sejarahnya, kenyataanya sekarang diam saja dengan
permasalahan yang ada di kampus ini. Apatisme, hidonisme dan paragmatisme terus
menghantui sebuah wadah institusi pendidikan tinggi, sungguh mengerikan
mendengar kata-kata tersebut. Herannya lagi tak habis pikir mereka yang
benar-benar butuh akan perubahan kampus ini hanya bisa menyeloteh lewat layar
belakang, tak heran lagi mahasiswa sekarang sudah berubah dragtis dengan zaman
kemoderenan ini. Faktanya lagi kampus yang benar-benar kita bangun dedikasi
yang intelektual luar biasa, kenyataanya banyak masalah yang terus mengalir di
kampus kita. Terlepas dari itu semua perjalanan cerita manis ini tidak akan tertuntaskan
apabila kita hanya diam, duduk manis di tempat kuliah,
mendengarkan mata kuliah dari dosen, IPK yang luar
biasa 3.80, tetapi, masalah-masalah yang ada di birokrat kita baik Rektorat dan
Dekanat akan terus mencuat ke akar-akarnya. Oleh karena itu, kalau kita memang
peduli turut prihatin dengan permasalahan yang ada di seluruh lingkungan kampus
IAIN Raden Fatah Palembang kita harus berjuang bersama-sama menuntaskan masalah
kampus kita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar