Laman

31 Mei, 2013

“Derasnya Cerita Cinta Ini”




Sebuah cerita perjalanan kehidupan kampus yang selalu di iringi dengan dinamika permasalahan, merk inilah yang tak pernah lepas dari kampus ini. Kalau kita menganalisa kampus wadah pendidikan tinggi yang benar-benar memiliki visi-misi ke depan kecerdasan intelektual yang tinggi dan emosional maupun spritual. Hal-hal tersebut harusnya di miliki oleh penguasa kampus dalam hal ini pihak birokrat, belajar dari zaman Soeharto keterbukaan yang tidak ada pada saat itu, ke diktatoran seorang presiden yang berkuasa kurang lebih 32 tahun. Zaman sekarang demokrasi di junjung tinggi dan di jadikan sebagai landasan untuk mengatur kehidupan tatanan Negara ini, ternyata sudah banyak tercitdrain oleh-oleh para intelektual kampus. Semangat untuk membangun sebuah perubahan sosial permasalahan di kampus tidak ada lagi, yang akan ada membangun bagaimana kelompok tertentu bisa menjadi berkuasa. Kampus dijadikan tempat sebuah kekuasaan yang baru bagi peradaban selain negara, tidak kita pungkiri lagi kampus di jadikan ajang sebuah perjalanan cerita manis sebuah peradaban baru selain negara ini.
            Lucunya kampus ini, berbicara soal KTM Mahasiswa baru berdasarkan info dari kawan-kawan angkatan 2012 KTM itu memakai sistem di ganti setiap masa berlakunya yang tertera di KTM tersebut,  setelah lewat masa berlakunya habis Kawan-kawan angkatan 2012 ingin memperjang KTM, eh tempat memperpanjang pun gak ada, lucunya. Coba kita bandingkan dengan UNSRI memang jauh mau mandingkan dengan kita, UNSRI KTM nya selama ia Kuliah berfungsi juga kartu tanda mahasiswa dan perpustakaan, kenapa kita tidak menerapkan seperti ini aja. Almamater, kenapa almamater kampus kita Kawan-kawan angkatan 2012 belum ada, di karenakan kesalahan personil salah satu pegawai di Rektorat yang tidak menuliskan sub Almamater di dalam RAPN (Rencana Anggaran Pembelajaan Negara) padahal setiap tahun ada lho sub almamater itu, kenapa tidak bisa tertulis ? Kan lucu. Ini permasalahan di Rektorat yang mencuak di permukaan kalangan mahasiswa. Lucunya lagi pihak fakultas saling menyalahkan pihak rektorat, contoh kecil masalah Praktikum seluruh keuangannya di kelola oleh fakultas kata pihak rektorat sedangkan pihak fakultas bilang di kelola oleh rektorat kembali ke BLU (Badan Layanan Umum), saling lempar masalah luar biasa kampus ini. Sungguh harmonis dan dilema yang mendalam melihat kampus yang berpendidikan karekter islam tapi, masalah kayak gini aja saling lempar sana lempar sini.
Permainan bola pingpong di kampus pun telah terus bergulir, di gulir sana, di gulir kesini akhirnya kembali lagi ke sana. Tidak pernah tepat siapa yag harus di salahkan terkadang ini urusan Rektorat dan ini urusan Dekanat itulah permainan bola pingpong. Logikanya kita sebagai rakyat kampus yang notabenanya sebagai mahasiswa yang sudah mengelamkan rezim Orde Lama sejarahnya, kenyataanya sekarang diam saja dengan permasalahan yang ada di kampus ini. Apatisme, hidonisme dan paragmatisme terus menghantui sebuah wadah institusi pendidikan tinggi, sungguh mengerikan mendengar kata-kata tersebut. Herannya lagi tak habis pikir mereka yang benar-benar butuh akan perubahan kampus ini hanya bisa menyeloteh lewat layar belakang, tak heran lagi mahasiswa sekarang sudah berubah dragtis dengan zaman kemoderenan ini. Faktanya lagi kampus yang benar-benar kita bangun dedikasi yang intelektual luar biasa, kenyataanya banyak masalah yang terus mengalir di kampus kita. Terlepas dari itu semua perjalanan cerita manis ini tidak akan tertuntaskan apabila kita hanya diam, duduk manis di tempat kuliah,

mendengarkan mata kuliah dari dosen, IPK yang luar biasa 3.80, tetapi, masalah-masalah yang ada di birokrat kita baik Rektorat dan Dekanat akan terus mencuat ke akar-akarnya. Oleh karena itu, kalau kita memang peduli turut prihatin dengan permasalahan yang ada di seluruh lingkungan kampus IAIN Raden Fatah Palembang kita harus berjuang bersama-sama menuntaskan masalah kampus kita ini.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar