Laman

05 Juli, 2014

Dunia dakwah Dunia Ibroh

Ibroh sudah sering kita mendengar dalam sejarah rasulullah kita Muhammad SAW. Banyak macam ibroh dan dinamika dakwah dalam kehidupan rasulullah, dari hal yang paling besar maupun hal kecil sekali ada dalam sejarah siroh ummat islam. Ibrah berasal dari kata ‘abara ar-tu’ya yang berarti menafsirkan mimpi dan memberitahukan implikasinya bagi kehidupan si pemimpi, atau keadaan setelah kematiannya dan ‘abara al-wadi berarti melintasi lembah dari ujung satu ke ujung lain yang berlawanan. Artinya:-Raghib berkara asal makna kata al-ibr adalah melintasi keadaan satu ke keadaan yang lain dan kata ‘ubur dikhususkan untuk makna melintas di atas air. Dalam penafsiran surat Yusuf, Muhammad Rasyid Ridha mengatakan bahwa al-‘itibar wal’ibrah berarti keadaan yang mengantarkan dari satu pengetahuan yang terlihat menuju sesuatu yang tidak, atau jelasnya berarti merenung dan berfikir. Sedangkan makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran yang memiliki banyak arti, antra lain :
•    Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf : 108 dll)
•    Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55)
•    Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33)
Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara terminologis dengan definisi yang variatif seperti :
1.    Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam (Lihat Al Fatawa al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh)
2.    Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain (Tadzkiroh ad-Du’at hal:35,th.1379H, Daarul Qalam).
3.    Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi yang diturunkan Allah kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al Islamiyah Fi 'Ahdiha al-Makky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32)
4.    Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-Dakwah ila al-Islam, hal:8 Maktabah Darul Arubah Mesir). Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".
Dalam konteks ini Ibroh dan Dakwah sangat berhubungan dikala kita di hadapi dalam segala macam aktivitas baik keadaan duka maupun senang. Namun, kita perlu bertanya saudaraku pada diri anda maupun diri saya sendiri bahwasannya kita sudahkah mengambil sibroh setiap perjalan aktivitas kita dalam menjalankan roda dakwah ? maka mulai saat ini kita sebaiknya senantiasa mengambil ibroh dalam aktivitas maupun agenda kita sehari-hari. Ayo kita mulai mengambil ibroh dari pengorbanan: Saudara-saudaraku mari kita tengok perjalanan dakwah Nabi Nuh As. Beliau menyampaikan risalah tauhid kepada kaumnya dengan upaya sungguh-sungguh dan pengorbanan yang tidak sedikit. kita harus tahu beliau menghabiskan waktunya 950 tahun untuk berdakwah menyeru kaumnya tanpa kenal lelah dan bosan. Allah telahmenyebutkanpengorbananNabiNuhAsdalamfirmanNya,

ولقد ارسلنا نوحا الى قومه فلبث فيهم الف سنة الاّ خمسين عاما فاخذهم الطّوفانوهم ظلمون
"Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalahorang-orangyangzalim(Q.SAl-Ankabut:14)

Dakwah inipun disampaikan Nabi Nuh As dengan beragam cara, baik dengan terang-ternangan maupun dengan sembunyi-bunyi. kadang disampaikan waktu malam, terkadang di waktu siang, pagi maupun sore. Hal demikian baru mengorbankan waktu dan tenaganya saja. Bayangkan kalau kita yang berada di posisi beliau sudah sanggup kah saudaraku, atau malah kalian takut menghadapinya. Dakwah ini masih panjang untuk memagang kendali pucuk kemenangan. Apapun status kita pasti kita merasakan apa yang dirasakan dakwah oleh Nabi Nuh A.s.
Ibroh selanjutnya saudaraku pasti kalian tahu tentang cerita Nabi Ibrahim A.s coba bayangkan seorang anak yang setia untuk berkonfrontasi dengan ayahnya dirinya bersedia dikorbankan.AllahSWTtelahmenyebutkandalamFirmanNya:

واذ قال ابرهيم لأبيه ءازر اتتّخذ اصناما ءالهة انّي ارك وقومك فى ضلل مّبين
 "Dan (ingatlah) di waktu ibrahim berkata kepada bapaknya, aazar, Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu kaummu dalam kesesatan yang nyata. (Q.S Al-An’am: 74).
Hal inilah yang belum kita dapatkan dalam perjalan dakwah ini. Mengapa demikian ? karena kita ketahuin ego manusia sangat tinggi apalagi nalar dan pemikirannya pun bermacam-macam. Saat ini kita terus menelaah dalam perjalanan dakwah ini harus mengeluarkan apa saja pegorbanan diri kita itu sendiri. Banyak kesalahan kita itu akan terbalaskan dengan lading pegorbanan diri kita saudaraku.
Saudaraku sekalian perang mu’tah adalah perang yang terbesar yang dialami oleh kaum muslim semasa Rasulullah SAW. Di samping itu peperangan ini juga merupakan pendahuluan dan jalan pembuka untuk menaklukkan Negeri-negeri nasrani. Perang ini terjadi pada Jumadil ula 8 H bertepatan dengan bulan agustus atau September 629 H. Mu’tah adalah suatu kampung yang terletak di balqa’, di wilayah syam. Jarak antara mu’tah dan baitul maqdis selama dua perjalanan kaki. Dalam peperangan ini rasulullah SAW mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan. Beliau berpesan “Jika Zaid terbunuh pengantinya Ja’far. Apabila ja’far terbunuh, pengantinya Abdullah bin Rawahah. “Bendera perang berwarna putih, dan beliau serahkan kepada Zaid bin Haritsah. Ketika pasukan Islam siap berangkat, orang-orang berdatangan dan memanggil para komandan yang telah ditunjuk Rasulullah SAW untuk memberikan ucapan selamat kepada mereka. Ketika itu, salah seorang komandan pasukan, Abdullah bin Rawahah menanggis, sehingga orang-orang bertanya, wahai saudaraku kenapa engkau menanggis?” Abdullah menangis Demi Allah, aku menangis bukan karena rindu dunia dan rindu kepada kalian, namun aku pernah Rasulullah SAW membaca suatu ayat dari Kitabullah yang ditafsirkan dalam suroh Maryam: 71. Dalam hal ini ada rasa putus asa dari sosok Abdullah tersebut namun, ia terus menyemangi pasukan dengan sya’ir-sya’irnya. Perang mu’tah dari kaum muslim sekitar 3000 pasukan sedangkan 200 ribu dari pasukan romawi. Zaid kesayangan Rasulullah Saw memegang bendera ketika itu dia bertempur lalu tertusuk tombak oleh musuhnya, saat itu langsung bendera di ambil oleh ja’far bin abi thalib dia bertempur sama halnya gagah seperti zaid namun, gugur kembali tangan kanannya tertebas pedang musuh, lalu ia memegang bendera dengan tangan kirinya bendera terus berkibar hingga tangan kirinya tertebas lagi oleh musuh, belum jatuh beliau mengepit bendera dengan kedua tangan yang sudah terputus, bendera terus berkibar hingga waktunya dia terbunuh. Kita harus bisa mengambil ibroh dari peperangan mu’tah ini pertama, kaum muslimin tidak putus asa dengan pasukan hanya 3000 ribu orang dengan berbanding jauh dengan pasukan romawi 200 ribu orang. Kedua, peperangan yang terbesar dan syahid bagi sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ketiga, bagaimana keistiqomahan dan kerelaan nyawanya para sahabat berkorban demi Bendera suci umat islam terus menjaga izzah agama Islam dari kaum romawi.
Saudaraku jelas bahwa kita tak henti-hentinya selalu dikaitkan dengan problem, tantangan, beda pendapat dll dalam dakwah ini. Namun, dari semua itu kita sebagai orang yang paham dengan risalah kenabian sejarah dakwah nabi maka seyogyanya intelektual kita harus nalar bisa mengambil ibroh dari semua perjalanan dakwah. Kami tak akan ada habisnya mengambil ibroh dalam perjalanan dakwah rasulullah SAW. Salamualaikum Bima Shobartum

Perbedaan Ummat Rahmatan Lil Alamin.

Perbedaan Ummat Rahmatan Lil Alamin.
Manusia adalah ummat yang Rahmatan Lil Alamin persaudaraan tiada habisnya begitu pun dengan rasa ukhuwahnya yang menjelma di dalam sanubari hati mereka dengan satu panji yaitu islam kaffah. kita sadari umat yang begitu besar dalam keagamaannya dan banyak perbedaan di dalamnya namun, mereka tetap satu prinsip satu tujuan menuju puncak kemenangan dengan risalah kenabiaannya. seharusnya mereka yang beraliran agama dengan perbedaannya dan pemahamannya bisa mengejahwantakan dalam kehidupan untuk saling berdampingan baik dalam tukar pikiran, maupun kegiatan keagaamaan. semuanya memiliki kaidah dan thoriqoh masing-masing yang diejahwantakan melalui kegiatan agamanya maupun dalam setiap pelaksaan pribadatannya, kita bisa berkaca dari saudara-saudara kita di papua, di ambon yang mereka hidup saling berdampingan dengan tenang dan damai. banyak umat muslim di dunia maupun di Indonesia melebur dalam satu pluralisme tapi, tidak bisa menterjemahkan dalam keagaamaan Islam yang kaffah. hal inilah bayak sekali perdebatan yang panjang tak ada hentinya. Mari sejenak kita telaah dan kita pahami ayat kalamullah:
Dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 107.  Allah SWT berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِين
” Dan kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) melainkan untuk menyebarkan kasih sayang terhadap semesta alam”

Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin yang mengandung nilai universal dan sempurna menjadi sebuah pedoman hidup untuk menggapai kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat kelak, sehingga untuk menggapainya, paling tidak, hubungan atau interaksi vertical (hablun minallah) dan horizontal (hablun minannas) harus diperhatikan dan dipahami dengan sesungguhnya.
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kesehariannya tentu melakukan interaksi dengan sesamanya,sehingga hubungan antar manusia pun diatur sedemikian rupa dalam Islam, demi terciptanya keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupannya. Dalam konteks ini, Islam mengajarkan ummatnya untuk senantiasa berpegang teguh terhadap ajaran agama Allah, hidup rukun, menjunjung tinggi nilai persaudaraan, persatuan dan kesatuan tanpa permusuhan.
sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 103 :
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً
“Dan berpegang teguhlah kalian semua  kepada tali agama Allah,  dan janganlah kalian bercerai berai,dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu dengan nikmat-Nya kalian menjadi bersaudara”.


Sejarah panjang peradaban manusia selalu diwarnai konflik dari level komunitas terkecil hingga komunitas terbesar yang disebabkan dan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, motif dan kepentingan. Dalam hal ini, tentunya dibutuhkan upaya untuk merekonsiliasi dan memperbaiki hubungan antara pihak-pihak terkait demi terciptanya kembali hubungan dan kehidupan yang harmonis dan penuh kedamaian. Konsep Islah (rekonsiliasi) dalam konflik merupakan salah satu ajaran agama Islam. Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menerangkan tentang konsep Islah tersebut, baik dalam kontek konflik level komunitas kecil seperti konflik yang terjadi dalam hubungan suami istri (Surat An-Nisa’ ayat 128), maupun dalam level komunitas besar seperti konflik yang terjadi antara dua kelompok orang mukmin yang bertika (Surat Al-Hujarat ayat 9).
Tidak hanya Al-Qur’an saja yang berbicara tentang Islah, dalam hadits Nabi Muhammad SAW terdapat beberapa hadits yang menyeru dan menerangkan tentang Islah, diantaranya adalah hadits riwayat Abu Darda’, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ألا أخبركم بأفضل من درجة الصيام والصلاة والصدقة,  قالوا بلى يا رسول الله
قال : إصلاح ذات البين وفساد ذات البين الحالقة
” Maukah kalian saya beritahu suatu hal yang lebih utama daripada derajat puasa, sholat dan sedekah?. Para sahabat menjawab : tentu ya Rasulallah. Lalu Nabi bersabda : hal tersebut adalah  mendamaikan perselisihan, karena karakter perselisihan itu membinasakan” (HR. Abu Daud).

Islah/rekonsiliasi adalah sebuah upaya mendamaikan atau membuat harmonisasi antara dua atau beberapa pihak yang berselisih. Islam telah menawarkan beberapa solusi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang mengganggu hubungan dalam keluarga dan sosial kemasyarakatan agar terjalin nilai ukhuwah dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, ikatan kasih sayang dan keseimbangan alam tetap terjaga,   dan masyarakat yang penuh dengan rasa kasih sayang dan persaudaraan. Indonesia yang memiliki karakter dan ciri tersendiri dalam sejarah tentang agama islam beraneka ragam sehingga kita harus tetap pada satu pintu yaitu tauhid Islam yang kaffah. adapun beda start berpuasa itu biasa karena kita miliki pandangan dan ijtihad masing-masing maupun dengan sholat tarawihnya juga ada beberapa yang berbeda. dalam hal perbedaan ini kita jadikan satu tujuan menuju berkahnya bulan ramadhan pada saatnya kita bisa menikmati kemenangan, kemenangan yang haqiqi datang dari Allah swt. Salamualaikum Bima Shobartum