Laman

23 Juli, 2018

Asset Rakyat Terjual, Pemerintah Ngorbankan BUMN.



Bangsa Indonesia beberapa tahun terakhir kurang lebih 5 tahun terakhir mengalami perekonomian sangat lesu. Masalah sosial yang begitu tinggi serta kesenjangan strata miskin dan kaya sangatlah jauh hingga menimbulkan konflik sosial di Masyarakat. Kita sadar bahwa bangsa Indonesia yang majemuk dan memiliki karakter kebudayaan keberagaman, karakteristik warga nya yang banyak berbeda membuat bangsa Indonesia bertahan hingga saat sekarang dan ada pada saat sekarang. Bangsa yang besar seperti Indonesia sudah bisa dan berkembang saat sekarang, harusnya sudah menjadi Negara maju, kenapa Indonesia saat sekarang belum bisa di masukkan dalam kategori Negara maju, hingga menyebabkan kita banyak ketertinggalan dari Negara lain.

Banyak sekali sebab yang terjadi mulai dari krisis kepemimpinan nasional, hukum yang berat sebelah bahkan hukum di labrak, belum lagi kebijakan ekonomi yang membuat rakyat tercekik sampai saat sekarang harga-harga barang yang bergitu melambung tinggi, dan keterlibatan pihak asing yang menjadikan bangsa Indonesia tidak maju hanya berkembang saja.

Terkabar dari berbagai media sosial PERTAMINA mengalami kerugian hingga karyawan yang tergabung serikat pekerja pertamina melakukan Demo besar-besaran. Dalam Demo-demo besar-besaran ini serikat pekerja menuntut Regulasi yang dibuat Pemerintah merugikan pihak PERTAMINA sebagaimana saham PERTAMINA dikurangi hingga berdampak pada kesejahteraan karyawan dan rakyat itu sendiri adapun regulasi yang mereka tuntut dari aksi bela pertamina :

1. Penentuan Direksi Pertamina dan Pertagas yang selalu di politisi oleh Pemerintah.

2. Direktorat Gas PT. Pertamina dilhilangkan, melalui perubahan Nomenklatur dan Reorganisasin pertamina yang merugikan perusahaan melalui SK BUMN No. 39/2018, hingga saat ini Serikat Pekerja masih mengungat ke PTUN.

3. Kebijakan Pemerintah melalui PerMen No. 36/2016 dalam hal BBM satu harga yg konsekuensinya seluruh biaya operasionalnya perusahaan di bebankan ke perusahaan, bisa menyebabkan bangkrut perusahaan.

4. Pemerintah melalui Perpres No.191/2014 menambah BBM bersubsidi dari sebelumnya 5 KL menjadi 12,5 KL sehingga kerugian Pertamina semakin besar.

5. Kebijakan pemerintah melalui PerMen ESDM No.21/2018 bahwa pertamina harus melalui persetujuan Pemerintah dalam menaikan harga pertalite padahal pertalite penopang kerugian pertamina.

6. Permen ESDM No. 23/2018 yang semakin menambah kerugian Pertamina karena pemerintah akan memberikan wilayah Kerja Migas Kepada Operator Eksisting (Asing), termasuk blok rokan yang akan habis tahun 2021 dan berpotensi akan kehilangan 220.000 BOPD (Barreis Of Oil Per Day).

7. Dilepasnya PERTAGAS dari PERTAMINA ke PGN yang menyebabkan kurangnya pendapatan negara dari pertamina, hal ini karena yang sebelumnya saham Pertagas 100% milik Pertamina akan jatuh ke tangan publik, Saham PGN 43% dimiliki swasta (ASING), Jika diakuisisi atau dicaplok, maka modal yang ada di Pertagas akan memperkaya.

Dari rilis yang disampaikan Serikat Pekerja Pertamina ini ada hal yang sangat merugikan yaitu rakyat, selama ini rakyat sebelum masa rezim Jokowi-JK rakyat sangat menikmati subsidi dari pemerintah, dalih-dalih pemerintah ingin dialihkan untuk pembangunan Insfrastruktur, supaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan Rakyat sampai saat ini rakyat tidak merasakan sama sekali malahan Rupiah semakin tinggi terhadap dolar terakhir 14.650 per Dollar, Harga sembako melambung tinggi, dan Perekonomian rakyat lesu. 

Dalam pernyataan nya pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy Perekonomian Nasional Babak Belur. Berbagai indikator memperlihatkan ketidakmampuan pemerintah menghadapi resiko pasar. Rupiah melemah signifikan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) bulan lalu berada pada kisaran 6.000 sementara saat ini drop pada kisaran 5.000. Gubernur bank Indonesia baru-baru ini juga mengatakan meminta perbankan agar tidak ikut main di pasar nilai tukar uang, yang memperlihatkan ketakutan dan ketidakmampuan menghadapi dampak beruba pelemahan nilai tukar yang terus terjadi.

“Pemerintah telah melakukan manipulasi akuntansi makro untuk menutupi ketidakmampuan mengendalikan situasi ekonomi yang memburuk. Salah satunya dengan cara memindahkan defisit kepada laporan keuangan BUMN. Sehingga, di mata publik yang mengalami kerugian adalah BUMN.”

Semakin jelas dari beberapa Regulasi diatas tuntutan Pertamina terhadap Pemerintah memberikan pesan pada rakyat bahwa Pemerintah tidak bisa mengelola dengan baik BUMN sedangkan Pertamina sebagai pelaksana dari Pemerintah itu sendiri tidak mengatur sistem yang dibuat regulasi hingga perusahaan BUMN ini tidak terjadi kebangkrutan. Jelas, sekali bahwa rezim Jokowi-JK melalui regulasi diatas sangat merugikan bangsa dan Negara Indonesia hingga menyebabkan BUMN Defisit dalam pengelolaan berakibat asset dijual dan dengan alasan peningkatan kualitas pertofolio.

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Energy Watch Indonesia menilai perombakan direksi PT. Pertamina (Persero) masalah Premiun dan Tumpahan minyak dinilai tak berdasar. Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, pemerintah hanya mencari-cari alasan dalam pencopotan Elia Massa Manik dari posisi Direktur Utama. “BBM Premium sendiri, kan sudah tidak bersubsidi. Tapi memang dibutuhkan masyarakat. Jadi agak sensitif kalau BBM ini hilanh,” Ujar Mamit dalam keterangannya, seperti dikutip dari kontan.co.id, sabtu (21/4/2018). Dia menilai, perombakan direksi Pertamina lebih kental unsur politis dari Pemerintah “Jelang PILPRES 2019, Pemerintah harus menyiapkan BBM Premium sebagai alat pencitraan mereka,” kata dia.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengomentari perombakan direksi PT Pertamina, termasuk di dalammya pencopotan Elia Massa Manik dari jabatan Direktur Utama, sebagai langkah yang sarat nuansa politik. “Masalahnya adalah kebijakan populis ingin terus dilaksanakan, direksi menghambat, makanya disingkirkan,” Jelas Marwan saat bincang diskusi di Gado-gado Boplo, Jakarta sabtu (21/4/2018). Dia berpendapat, pemerintah ingin kebijakan Populis berupa penugasan bahan bakar minyak (BBM) tetap dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Di sisi lain, Pertamina merasa penugasan tersebut menimbulkan kerugian sehingga perusahaan melakukan sejumlah manuver.

Pemerintah dalam hal ini, tidak dapat mengatasi Pertamina BUMN yang sebagaimana dikelola oleh Kementerian BUMN dan ESDM menaungi, hingga mengalami defisit dan rugi. Belum lagi, adanya dilatar belakangi politisisasi PERTAMINA dengan PEMERINTAH untuk penambahan premium yang saat ini menjadi langka, mari sejenak Pemerintah berpikir untuk menuntaskan kisruh Pertamina, Kementerian supaya segera disesaikan jangan sampai Pertamina Kolaps dan beraakibat kepada rakyat.

Sudah saat Pemerintah melakukan evaluasi besar terhadap regulasi yang dibuat untuk kepentingan bangsa Negara dan meningkatan kesejahteraan rakyat, jangan sampai Pertamina dijadikan ajang Bisnis oleh oknum pelaku pengusaha modal, mengambil kesempatan dalam kesempitan, pemerintah harus mengembalikan subsidi Rakyat BBM dengan sistem regulasi yang tepat sasaran kepada masyarakat, adanya tim asset yang mengatur dan mengamankan Pertamina tidak bangkrut dan bisa dirasakan rakyat kebermanfaatan Pertamina, sampai saat sekarang pengaturan harga pun berbeda setiap daerah dan dalam periode rezim Jokowi-Jk hampir berkali-kali naikkan harga BBM, dengan alasan mengikuti minyak Dunia. 

Kita sebagai anak bangsa jangan sampai seperti Indosat dijual dengan sia-sia ke pihak asing itu jelas nyata merugikan rakyat, Pemerintah harus bisa mengatasi ini, kalau pun tidak bisa dengan tegas bahwa Rakyat sudah kehilangan Pemerintah dan Pertamina sebagai pelaksana harus ada kesinambungan dengan Pemerintah untuk kesejahteraan Rakyat, bangsa dan Negara. Oleh karena itu kami mengajak kepada masyarakat untuk terus mengawasi terhadap asset bangsa yang dikelola Negara hingga tidak berpindah tangan kepada Asing, Pengelolaan APBN yang sampai saat ini kita terus merugi kena inflasi. Pemerintah saat sekarang harus mengantungkan diri melalui sektor Ekonomi kecil menengah dan mendongkrak masyarakat kecil dalam negeri sehingga perekonomian stabil, jangan sekali-kali mengimpor apalagi atas nama rakyat itu sendiri.

Hasil Diskusi “NGEDALU DEMOKRASI” 21/7/18 SEKRETARIAT PW KAMMI SUMSEL BABEL.





16 Juli, 2018

Jejak-jejak Kemanusian


Jajaran rumah yg padat dan tdk beraturan, petak-petak jalan dan jualan jajan yg ada di pinggir jalan membuat mata tak berhenti utk melihat kultur budaya kehidupan. Terik matahari sore yg tajam menyorot pekerja keras, persiapan mencari harapan yg nyata, hanya kerja yg keras hingga berhasil sampai pada titik pencapaian nya, keinginannya dan kemakmurannya.Cuaca tak menentu, hilang harapan itu semua, hanya modal kecil, utk mensuplai hidup hingga esok hari.Sungguh tak ada waktu, kecuali waktu cuaca bersahabat utk memenuhi harapan yg baik. Hiruk pikuk, suara-suara yg besar, interaksi antar manusia makhluk sosial. Dari detik, menit, jam bahkan tengah malam.

Berbeda dgn waktu yg baik, semuanya hening, damai dan tentram dgn suasana nyaman. Potret kehidupan pasti selalu berimajinasi, kekuatan dan kemampuan hingga engkau tahu bahwa manusia itu harus memanusiakan setiap makhluk sosial. Hari ini masih panjang dan masih terbentang luas untuk memberikan kebaikan-kebaikan. Dengan menabung amal kebaikan utk masyarakatlah kita bahagia memberikan manfaat jangka panjang itulah membuat ide dan gagasan sosial kemanusian.

Semuanya, melalui proses tdk serta merta mendatangkan kehidupan sosial kemanusian langsung, harus lah mulainya melalui proses, dari asesment lapangan, ide dan progress selanjutnya. Sudah saat nya kembalilah bersama Masyarakat yg butuh, pinggiran kota, pinggiran Desa dan Terpencil plosok. Impian dan keinginannya harus kita sama-sama wujudkan sehingga kita tahu bahwa proses humanity itu adalah menabung kebaikan dan amal-amal jangka panjang. Semangat terus Relawan Indonesia, Pejuang Sosial, Pejuang Kemanusian. Kita harus lari dan bangun lebih cepat lagi dari yg sudah ada time line nya.

Sepanjang jalan yang sudah menjelma menjadi angin yang berguguran dengan debu, air yang tergenang, pekat dan berbau dengan ciri khasnya. Melihat kondisi itu, membuat langkah kita terhenti di suatu tempat sudah lama kita jumpai. Gemerlap sore, stick beliar yang dimainkan kuala muda, kiri-kanan berdekatan rumah yang terbuat dari papan. Ada hal yang menarik tentang jejak-jejak kemanusian yang sudah kita lakukan, memberikan sesuatu kemanusian bukan, sekedar yang dulu atau yang lama, Namun berkesinambungan dan terus menerus. Berjalan terus sepanjang jalan yang berdebu, sesak dan padat, hadir dengan senyum bahagia membawa kebahagian dan menerima dengan lapang dada tentang kebaikan yang sudah ada lama.

Relawan yang hadir melihat kondisi, melakukan jejak-jejak kemanusian, menelusuri ruang yang dulu tempat menaruh harapan dan impian, semuanya berdiskusi ringan, ngobrol sambil menikmati sebuah teh yang hangat dari air yang khas, makanan yang berkuah dan dinikmati dengan dingingnya sore itu. Semuanya gembira awalnya, setelah memasuki rumah yang kelihatan besar dan baru itu semuanya mulai berubah menjadi sebuah muka yang kurang enak. Hal inilah menyebabkan kita sebagai seorang yang memanusiakan manusia lain, kita harus hadir dengan tegar dan kuat, apapun kondisinya, bagaima pun akhirnya dan sikap kita kepada siapa saja.

Kondisinya kemanusian, berawal dari asesment lapangan, teori yang mendalam tentang ide dan gagasan yang akan dikembangkan di lapangan. Bukan, hanya itu saja kita pun hadir tentang kemanusian ketika pra bencana, kebencanaan dan recovery kebencanaan. Selain itu, hadir memberikan solusi yang terbaik untuk daerah yang perlu kita lakukan perbaikan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Makanya, kita sebagai orang kemanusian hadir tidak melihat perbedaan dan pergi dengan membawa keberkahan bukan kemewahan dari setiap kita lakukan tentang kemanusian.

15 Juli, 2018

Langkah Narasi, Nafas Perjuangan




Redup perjalanan jejak langkah perjuangan, sudah tua dan rapuh.

Tak terdengar warna, apalagi di ujung mata tak akan terlihat jelas warnanya.

Mitos atau fakta, otak-otak perjuangan sudah hilang di makan usia.

Tidak ada lagi kata mitos semuanya sudah menjadi fakta, Narasi tanpa logika nyata.


Kepalan tangan sudah mati tenggelamkan kediktatoran tuan.

Kampus membisu dengan perut besarnya kaum intelektual berpadu politik praktis.

Mati suri gerakan, mati dengan keyakinan di dalam ujung perjalanan.

Habis sudah lagu perjuangan, tenggelam dengan nyata.


Kotoran berdebu menjadu hitam kelat pekat.

Almamater warna-warni hanya di temukan di realiti show televisi.

Sungguh jarang, menemukan di jalannya panas, dan jalan perjuangan.

Sungguh kesini aku tahu, bahwa mereka sudah di gerus oleh zaman.


Milineal gayanya, tik-tok mainannya, mobile legend game nya.

Tak ada faidahnya, jauh dari kata membangunkan rakyat yang tidur tergerus oleh kemiskinan.

Terkubur oleh utang-utang Negara, mereka haus kata SEJAHTERA, mereka ingin lebih BAHAGIA.

Kemana langkah kaki yang berenerasi dengan perjuangan kerakyatan.


Menuntut hanyasebuah obrolan dan di tanggapi tanpa malu.

Aksi nyata hanya tipu-tipu tak berdaya dengan Rakyatnya.

Kamu harus bangun singa-singa jalanan.

Kembalilah kepada peradaban yang telah digaungkan oleh para pendahulu.