Hidup dan Mati negara kita ada di tangan Pemuda, momentum sumpah
pemuda menjadikan bangsa yang terpuruk ekonomi menjadi maju oleh anak muda,
bangsa yang krisis pemimpinan saatnya yang muda di majukan menjadi sosok
pemimpin di Indonesia. catatan saat dan detik ini Negara kita sudah mencapai 85
Tahun memperingati sumpah pemuda, peran pemuda sudah digusur oleh para kaum
tua. kaum muda lemah, tak mau
memberontak. sejalan dengan pentas politik pemuda pun kalah dengan kaum tua,
seharusnya kaum tua segera menyerahkan kepada kaum muda. ingat tragedi Bung
karno dan bung hatta di asingkan itu ulah pemuda,yang sering disebut peristiwa
renggas dengklok.
Peristiwa Renggas Denklok Pemuda Yang Punya Nyali.
Sekitar pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan halaman rumah Ir.
Sukarno dengan diliputi perasaan kesal memikirkan sikap dan perkataan
sukarno-Hatta. Sesampainya mereka di tempat rapat, mereka melaporkan semuanya.
Menanggapi hal itu kembali golongan muda mengadakan rapat dini hari
tanggal 16 Agustus 1945 di asrama Baperpi, Jalan Cikini 71, Jakarta. Selain
dihadiri oleh para pemuda yang mengikuti rapat sebelumnya, rapat ini juga
dihadiri juga oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi dari
Barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA
Jakarta Syu. Rapat ini membuat keputusan
“menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota dengan tujuan untuk
menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang”. Untuk menghindari kecurigaan
dari pihak Jepang, Shudanco Singgih mendapatkan
kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.Rencana ini berjalan lancar
karena mendapatkan dukungan perlengkapan Tentara PETA dari CudancoLatief
Hendraningrat yang pada saat itu sedang menggantikan Daidanco Kasman
Singodimedjo yang sedang bertugas ke Bandung. Maka pada
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 waktu Jawa sekelompok pemuda membawa Ir.
Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota menuju Rengasdengklok, sebuah kota
kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang. Alasan yang mereka kemukakan
ialah bahwa keadaan di kota sangat genting, sehingga keamanan Sukarno-Hatta di
dalam kota sangat dikhawatirkan. Tempat yang dituju merupakan kedudukan
sebuah cudan (kompi) tentara PETA
Rengasdengklok dengan komandannya Cudanco Subeno.Sehari
penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Kewibawaan yang besar dari
kedua tokoh ini membuat para pemuda segan untuk melakukan penekanan lebih jauh.
Namun dalam suatu pembicaraan berdua dengan Ir. Sukarno, Shudanco Singgih
beranggapan Sukarno bersedia untuk menyatakan proklamasi segera setelah kembali
ke Jakarta. Oleh karena itulah Singgih pada tengah hari itu kembali ke Jakarta
untuk menyampaikan rencana proklamasi kepada kawan-kawannya.
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat
pada tanggal 16 agustus memenuhi undangannya dan berkumpul di gedung Pejambon
2. Akan tetapi rapat itu tidak dapat dihadiri oleh pengundangnya Sukarno-Hatta
yang sedang berada di Rengasdengklok. Oleh karena itu mereka merasa heran.
Satu-satu jalan untuk mengetahui mereka adalah melalui Wikana salah satu utusan
yang bersitegang dengan Sukarno-Hatta malam harinya. Oleh karena itulah Mr.
Ahmad Subardjo mendekati Wikana. Selanjutnya antara
kedua tokoh golongan tua dan tokoh golongan muda itu
tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di
Jakarta. Karena adanya kesepakatan itu, maka Jusuf
Kunto dari golongan muda bersedia mengantarkan Mr. Ahmad
Subardjo bersama sekretarisnya, Sudiro (Mbah) ke
Rengasdengklok. Rombongan ini tiba pada pukul 18.00 waktu Jawa. Selanjutnya
Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa Proklamasi
Kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945
selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya jaminan itu, maka komandan kompi
PETA Rengasdengklok, Cudanco Subeno bersedia
melepaskan Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta kembali ke Jakarta.
Muda Terus Berkarya Untuk Negeri
Seharusnya pemuda bangsa yang banyak mencerminkan kematangan dalam
berkedaulatan, pemudanya lebih berkontributif lagi dengan semagat pemudanya.
ikut andil dalam pergerakan mahasiswa kalau dia mahasiswa, ikut andil dalam
menuntaskan korupsi. pemuda itu bukan pengangguran, bukan dekil dan bukan
pemuda yang korup. banyak sudah contoh pemuda hebat, bertitel namun, moralnya
tidak bisa bersamaan dengan intelektualnya karena lemah hatinya. sosok pemuda
sekarang tidak bisa kita temukan kembali M. Natsir, Bung Hatta, Bung Karno,
Budi Utomo dls. pemerintah sebenarnya mempunyai peranan besar untuk kemajuan
pemuda dan bangsa Negara ini. Tatanan pemuda seharusnya dalam pemerintahan di
tengah-tengah sebagai penyambung lidah aspirasi masyarakat. Ketika pemuda itu
tak berdaya dengan idealisnya maka, banyak pemuda yang bungkam hanya diam.
Menimbulkan idealis yang tinggi kepada pemuda saat ini sangat sulit sekali
mengapa? Karena sudah banyak yang merasuki pemikirannya baik melalui media,
internet, hedonisme, life style, dls. Seyogyanya pemuda yang diharapkan bisa
menjadi penerus estafet bangsa yang besar ini. Kita bangsa yang besar banyak
sudah mencetuskan penggerak di masing-masing bidang, bidang ekonomi ada Anak
muda, politik ada anak muda, kampus apalagi banyak anak muda. Kita sebagai kaum
muda harus bangkit bangun negeri pertiwi ini, sudah saatnya kita keluar dari
belenggu para orang tua. Terus berjuang pemuda.