Laman

16 Juli, 2018

Jejak-jejak Kemanusian


Jajaran rumah yg padat dan tdk beraturan, petak-petak jalan dan jualan jajan yg ada di pinggir jalan membuat mata tak berhenti utk melihat kultur budaya kehidupan. Terik matahari sore yg tajam menyorot pekerja keras, persiapan mencari harapan yg nyata, hanya kerja yg keras hingga berhasil sampai pada titik pencapaian nya, keinginannya dan kemakmurannya.Cuaca tak menentu, hilang harapan itu semua, hanya modal kecil, utk mensuplai hidup hingga esok hari.Sungguh tak ada waktu, kecuali waktu cuaca bersahabat utk memenuhi harapan yg baik. Hiruk pikuk, suara-suara yg besar, interaksi antar manusia makhluk sosial. Dari detik, menit, jam bahkan tengah malam.

Berbeda dgn waktu yg baik, semuanya hening, damai dan tentram dgn suasana nyaman. Potret kehidupan pasti selalu berimajinasi, kekuatan dan kemampuan hingga engkau tahu bahwa manusia itu harus memanusiakan setiap makhluk sosial. Hari ini masih panjang dan masih terbentang luas untuk memberikan kebaikan-kebaikan. Dengan menabung amal kebaikan utk masyarakatlah kita bahagia memberikan manfaat jangka panjang itulah membuat ide dan gagasan sosial kemanusian.

Semuanya, melalui proses tdk serta merta mendatangkan kehidupan sosial kemanusian langsung, harus lah mulainya melalui proses, dari asesment lapangan, ide dan progress selanjutnya. Sudah saat nya kembalilah bersama Masyarakat yg butuh, pinggiran kota, pinggiran Desa dan Terpencil plosok. Impian dan keinginannya harus kita sama-sama wujudkan sehingga kita tahu bahwa proses humanity itu adalah menabung kebaikan dan amal-amal jangka panjang. Semangat terus Relawan Indonesia, Pejuang Sosial, Pejuang Kemanusian. Kita harus lari dan bangun lebih cepat lagi dari yg sudah ada time line nya.

Sepanjang jalan yang sudah menjelma menjadi angin yang berguguran dengan debu, air yang tergenang, pekat dan berbau dengan ciri khasnya. Melihat kondisi itu, membuat langkah kita terhenti di suatu tempat sudah lama kita jumpai. Gemerlap sore, stick beliar yang dimainkan kuala muda, kiri-kanan berdekatan rumah yang terbuat dari papan. Ada hal yang menarik tentang jejak-jejak kemanusian yang sudah kita lakukan, memberikan sesuatu kemanusian bukan, sekedar yang dulu atau yang lama, Namun berkesinambungan dan terus menerus. Berjalan terus sepanjang jalan yang berdebu, sesak dan padat, hadir dengan senyum bahagia membawa kebahagian dan menerima dengan lapang dada tentang kebaikan yang sudah ada lama.

Relawan yang hadir melihat kondisi, melakukan jejak-jejak kemanusian, menelusuri ruang yang dulu tempat menaruh harapan dan impian, semuanya berdiskusi ringan, ngobrol sambil menikmati sebuah teh yang hangat dari air yang khas, makanan yang berkuah dan dinikmati dengan dingingnya sore itu. Semuanya gembira awalnya, setelah memasuki rumah yang kelihatan besar dan baru itu semuanya mulai berubah menjadi sebuah muka yang kurang enak. Hal inilah menyebabkan kita sebagai seorang yang memanusiakan manusia lain, kita harus hadir dengan tegar dan kuat, apapun kondisinya, bagaima pun akhirnya dan sikap kita kepada siapa saja.

Kondisinya kemanusian, berawal dari asesment lapangan, teori yang mendalam tentang ide dan gagasan yang akan dikembangkan di lapangan. Bukan, hanya itu saja kita pun hadir tentang kemanusian ketika pra bencana, kebencanaan dan recovery kebencanaan. Selain itu, hadir memberikan solusi yang terbaik untuk daerah yang perlu kita lakukan perbaikan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Makanya, kita sebagai orang kemanusian hadir tidak melihat perbedaan dan pergi dengan membawa keberkahan bukan kemewahan dari setiap kita lakukan tentang kemanusian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar